Review Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa - Apa (Alvi Syahrin)
Apa yang membuat kamu hari ini khawatir? Akankah harus memikirkannya dari sekarang? Dapatkah kita pikirkan dengan logika sendiri? Segala yang meresahkan, termasuk tujuan masa depan, hanya dapat kita angankan dan harapkan, selebihnya adalah pasrahkan.
JIKA KITA TAK PERNAH JADI APA - APA
Oleh Alvi Syahrin
Penerbit Gagas Media
ISBN : 978-979-780-948-5
Tebal 236 hlm; 13 x 19 cm
Cetakan pertama, 2019
Blurb
Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa – Apa akan menemanimu selama perjalanan. Buku ini untukmu yang khawatir tentang masa depan Tenang saja. Kau tidak sedang diburu waktu. Bacalah tiap lembarnya dengan penuh kesadaran bahwa hidup adalah tentang sebaik – baiknya berusaha, jatuh lalu bangun lagi, dan tidak berhenti percaya bahwa segala perjuanganmu tidak akan sia – sia. Bukankah sebaiknya apa – apa yang fana tidak selayaknya membuatmu kecewa?
Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa – Apa kau melihat teman teman dan mereka sudah mendapatkan impian, sementara kau masih termangu menggenggam harapan. Pelan, dalam hati kau berujar, “Kapan mimpiku terwujud?”
Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa – Apa selama perjalanan mencapai tujuan, adakalanya kau melihat sekeliling... menakar jauh jangkauan. Atau, kau malah membandingkannya dengan orang lain. Lalu, lupa melanjutkan perjalanan.
Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa – Apa benarkah segala usaha dan upayamu selama ini lebur bersama kecewa yang kau bangun sendiri? Sungguhkah sesuatu yang hanya kau lihat dalam dunia maya menjadikanmu merasa bukan apa – apa?
Review
Buku ini merupakan buku Versi ke 2 dari karangan Alvi Syahrin, setelah buku sebelumnya yang berjudul Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta. Namun Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta dan Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa – Apa ini memiliki peran cerita masing – masing dengan versi berbeda. Untuk itu sebelum lanjut membaca review ini, yuk coba kunjungi review Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta dulu di postinganku sebelumnya.
Berbicara masalah mau jadi apa dan siapa, hal ini bisa dibilang merupakan perkara yang mudah. Yup, sangat mudah diucapkan dulu ketika masih kecil. Berbeda dengan kenyataan sekarang, yang mulai memikirkan masa depan, mau jadi apa dan siapa? Setelah cukup dewasa akhirnya banyak mengerti dan belajar bahwa menjadi dewasa itu tidaklah mudah, rasanya terkadang ingin kembali ke masa kecil, banyak banget tuh quotes pake kata – kata begituan hehe..
Tapi memang untuk sebagian besar kasus, dewasa itu adalah proses pembelajaran buat keberlangsungan hidup kita kedepannya untuk menjadikan kita sebagai manusia yang bisa lebih kuat dan tegar untuk menerima adanya sedikit lonjakan dan krikil – krikil kecil yang menghantam kehidupan, dan itu semua gak mudah.
Masalah ini berkaitan banget dengan cita – cita kita sekarang mau jadi apa?? Setelah dipikirkan dengan sangat matang dengan berbagai pemikiran sudut pandang orang yang berbeda – beda dan mungkin bisa jadi ada segelintir orang yang melakukan riset terkait jenis pekerjaan yang bisa menjadi referensi bagi seseorang. Okeh akhirnya salah satu dari teman kita beranggapan bahwa menjadi dokter dan pilot bukanlah cita – cita kita lagi, bahkan mungkin bisa jadi kita tidak memiliki cita – cita terhadap jenis pekerjaan apa yang kita mau dapatkan, karena mengingat bahwa kehidupan ini terlalu realistis.
Ingin menjadi seorang pekerja kantor yang hanya tinggal duduk dan dapat menerima gaji setiap bulannya, terlihat keren dan memiliki penghasilan yang tetap atau ingin menjadi PNS yang mana kehidupannya sangat terjamin oleh pemerintah bahkan sampai dimasa pensiunnya atau memilih untuk menjadi pengusaha, karena kita yang nantinya menjadi bos sendiri tanpa harus menerima tekanan atau mungkin bentakan dari atasan. Kembali lagi bahwa segala sesuatunya memiliki sudut pandang dibalik layar masing – masing yang kita gak tau apa yang sebenernya mereka alami. Kita tidak pernah tau bahwa yang terlihat oleh kita baik – baik saja belum tentu sesuai dengan kenyataan yang ternyata berbanding terbalik dari apa yang kita pikirkan selama ini. Didunia ini tidak ada yang sempurna, untuk itu akan lebih tidak baik lagi jika kita tak pernah jadi apa – apa.
“Memang, menyalahkan keadaan selalu jadi opsi paling mudah dan menyenangkan. Memainkan kartu aku-adalah-korbannya selalu merasa benar dan seru.” (hlm 87)
Jadi pesan dalam salah satu buku ini adalah apapun yang kamu lakukan jalani, syukuri, dan nikmati. Semua punya jalannya masing – masing, tidak perlu mengkhawatirkan yang tidak perlu dikhawatirkan, semua sudah memiliki porsinya masing – masing.
“Mungkin, hari ini, kamu ditolak. Tetapi, nanti, akan ada satu hari spesial. Yang membuatmu bergumam, “oh ini toh hikmahnya.” Lalu, semuanya menjadi terang dan indah. Sabar, butuh waktu.” (hlm 10)
Buku ini memang menceritakan keresahan kita terhadap masa depan yang belum dapat dipastikan. Setidaknya mungkin akan ada sedikit pencerahan jika kalian membaca buku ini. Karena mengingat bahasa yang digunakan juga sangat mudah dipahami dan penulis memberikan gambaran yang related dan terus mengeksplor segala bentuk keresahan – keresahan yang pada umumnya pernah dialami oleh hampir semua orang. Akan ada bagian – bagian dimana kita merasa bahwa saat membaca buku ini kita merasa bahwa kalimat – kalimat tersebut pantas dan tepat atas penggambaran cerita yang terjadi.
Pokoknya kalo dari pendapat author sendiri, seneng banget bisa membaca ke – 2 bukunya Alvi Syahrin ini, selalu membuat author kembali bersemangat, dikala merasa bingung, bimbang dan khawatir. Author merekomendasikan buku ini, buat kalian yang suka dan seneng sama kalimat – kalimat motivasi, butuh pencerahan dan kurang percaya diri, mungkin buku ini bisa sedikit membantu.
selamat membaca buat kalian :) :)
Terimakasih sudah membaca reviewnya sampai diakhir, semoga suka. komentar dan saran kalian sangat author tunggu :)
Aku udah baca buku ini nih, dan betul seperti kata mbak. Buku ini bisa menjadi guide atau panduan khususnya untuk anak-anak muda yang sedang bimbang akan masa depan dengan segala problema dan story-nya masing-masing. Yang membuatku selalu suka dengan buku Alvi Syahrin, masing-masing bab selalu bisa disesuaikan dengan emosi dan kondisi pembaca. Seolah begitu paham bahwa sejatinya masalah setiap orang pasti datang dari latar yang berbeda, meski akarnya satu: tidak tahu akan jadi apa.
BalasHapusBy the way, nice review mbak! Hehe salam kenal ya😁
helo mbak salam kenal juga ya..
Hapusterimakasih untuk komentarnya, saya juga sangat suka dengan buku Alvi Syahrin yang sangat enjoyed banget ketika dibaca dan bahasanya itu bener - bener ngalir pokoknya hehe
Ada pdf nya ea kak
HapusKalau ada boleh kirimin donk ke email q (hryan061@gmail.com)
Maaf ka kami review disini murni buku original bukan yang bajakan
HapusYup, tanpa sadar terkadang kita menjadikan hidup sebagai ajang perlombaan. Si A sudah, saya kapan? Apakah saya akan keduluan si A? Padahal hidup adalah menanam dan menikmati proses. Bukan memetik atau menikmati hasil.
BalasHapussetuju sekali ka, terus semangat yaa.. terimakasih sudah membaca reviewnya
HapusReview-nya bagus kak
BalasHapus